Euforia cepat memudar. Pasar keuangan awalnya merasa lega karena tarif yang diberlakukan oleh Donald Trump ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan pada Hari Pembebasan Amerika di bulan April. Namun, menurut perhitungan Bloomberg, rata-rata tarif telah meningkat dari 2,3% pada tahun 2024 menjadi 15,2%, ini tingkat tertinggi sejak Perang Dunia II. Bagaimana ekonomi global akan mampu menghadapinya? Para investor secara bertahap kembali ke realitas dan mengunci keuntungan pada posisi panjang EUR/USD.

Dinamika Tarif Trump

Pada kenyataannya, ketidakpastian perdagangan telah berkurang, tetapi belum hilang sepenuhnya. Peningkatan tarif impor dari India menjadi 50% akibat pembelian minyak Rusia oleh Delhi, presiden Swiss meninggalkan Gedung Putih dengan tangan kosong, pengenalan bea 100% pada chip dan semikonduktor, serta ancaman tarif 250% pada produk farmasi semuanya menunjukkan bahwa Donald Trump belum selesai.

Presiden AS sangat bertekad untuk menggunakan tarif impor guna membawa kembali produsen ke Amerika Serikat dan mengisi kembali anggaran federal. Namun, para kritikus berpendapat bahwa beban tarif akan jatuh di pundak orang Amerika. Proteksionisme Gedung Putih dapat menyebabkan kekurangan barang dan inflasi yang tidak terkendali. Federal Reserve akan dibiarkan tidak yakin apakah harus mendukung pasar tenaga kerja atau menaikkan suku bunga untuk mengendalikan harga.

Tarif AS

Jika bank sentral yang tidak stabil memperburuk ketidakpastian perdagangan dan politik, situasinya bisa lepas kendali. Hingga tahun 2025, para non-residen berbondong-bondong ke aset AS seperti lebah ke madu. Sekarang, mereka melarikan diri dengan kecepatan penuh. Arus keluar modal dari Amerika Utara ke Eropa adalah argumen kuat yang mendukung pembelian EUR/USD.

Ada potensi untuk de-eskalasi konflik bersenjata di Ukraina. Presiden AS dan Rusia berniat untuk bertemu guna membahas upaya perdamaian. Jika semuanya berjalan baik, euro dan mata uang lain di Uni Eropa bisa menjadi penerima manfaat utama dari pengurangan ketegangan geopolitik di Eropa Timur. Credit Agricole menyatakan pandangan ini, dan saya cenderung setuju.

Namun, tidak ada yang tahu bagaimana negosiasi antara Washington dan Moskow akan berakhir. Posisi kedua belah pihak sangat berjauhan. Kegagalan dalam pembicaraan antara presiden AS dan Rusia, diikuti oleh sanksi baru dan tarif impor sekunder, kemungkinan akan mendorong harga minyak lebih tinggi. Hal ini akan meningkatkan kemungkinan percepatan inflasi di Amerika Serikat, memaksa The Fed untuk kembali ke pendekatan yang lebih hati-hati. Dalam skenario seperti itu, penerima manfaat utama adalah dolar AS.

Secara teknis, pada grafik harian EUR/USD, ada uji nilai wajar di 1.170. Upaya pertama untuk menembus resistensi tidak berhasil bagi pihak bullish. Namun, pembeli tidak menyerah dan kemungkinan akan mencoba lagi. Jika berhasil, risiko tren naik yang berlanjut pada pasangan mata uang utama akan meningkat, dan para pedagang akan memiliki kesempatan untuk memperkuat posisi euro panjang mereka yang dimulai dari level 1.155 terhadap dolar AS.